Artikel

"Insiden tindakan resusitasi di sebuah Rumah Sakit"

Pagi itu di Rumah Sakit X terlihat seperti hari biasa. Para perawat sibuk dengan ronde medis, dokter residen mengecek pasien, dan suara mesin infus berbunyi ritmis di koridor. Namun, di balik rutinitas yang terlihat tertib, ada satu hal yang sering kali luput dari perhatian—kesiapan tim dalam menangani kegawatan, terutama situasi resusitasi.  

*Insiden yang Mengguncang*  

Pemukulan Satpam oleh Pasien di IGD Rumah Sakit

Malam itu, lampu neon IGD Rumah Sakit X berkedip-kedip seperti biasa, memancarkan cahaya dingin yang kontras dengan kepanikan yang menyelimuti ruangan. Bau antiseptik bercampur dengan aroma keringat dan darah. Suara langkah cepat, rintihan pasien, dan teriakan petugas medis saling bersahutan. Di tengah keriuhan itu, Satpam Andi berdiri tegak di pintu masuk, matanya awas memindai setiap orang yang masuk.  

Tugasnya sederhana: menjaga ketertiban. Tapi malam ini, ketertiban itu akan diuji.  

---  

Nyawa Pasien lebih penting daripada status akreditasi Rumah Sakit

Dinding rumah sakit itu masih memancarkan kesan megah, meski catnya mulai mengelupas di beberapa sudut. Lampu neon di lorong Bank Darah berkedip-kedip, seolah ikut merasakan kegelisahan yang menghinggapi Dr. Rina sejak pagi. Laporan audit itu terbuka di mejanya, halaman demi halaman seperti sayatan kecil yang perlahan menggerus keyakinannya.  

"Ini tidak boleh terjadi," bisiknya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kayu yang sudah usang.  

Tiga masalah utama. Tiga celah yang bisa meruntuhkan segalanya.  

Merumuskan Visi dan Misi Puskesmas

Suatu pagi yang tenang di ruang rapat Puskesmas, sekelompok tenaga kesehatan berkumpul. Di atas meja, berserakan dokumen rencana kerja, laporan cakupan program, dan draft akreditasi yang belum rampung. Tapi hari itu, bukan laporan yang dibahas. Kepala Puskesmas membuka pertemuan dengan pertanyaan sederhana namun mendalam:
"Kita ini sedang menuju ke mana?"

Pertanyaan itu menggantung di udara.

Pages