Strategi Rumah Sakit BPJS untuk Tetap Untung Meski Tarif Lebih Rendah

Menjalankan rumah sakit yang menerima pasien BPJS sering dianggap sebagai tantangan besar. Tarif BPJS yang sering kali lebih rendah dibandingkan tarif rumah sakit umum bisa menjadi kendala dalam menjaga profitabilitas. Namun, banyak rumah sakit berhasil tetap untung dengan strategi yang tepat, mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk berkembang.

Pertama, efisiensi operasional menjadi kunci utama. Rumah sakit perlu memastikan setiap aspek pelayanan berjalan seefisien mungkin tanpa mengorbankan kualitas. Ini meliputi pengelolaan tenaga medis, penggunaan obat-obatan, dan pengelolaan alat medis. Dengan mengoptimalkan proses administrasi dan mempercepat waktu layanan, rumah sakit dapat mengurangi biaya operasional. Misalnya, menggunakan sistem manajemen rumah sakit berbasis teknologi untuk mempercepat proses registrasi, penjadwalan, hingga pengelolaan klaim BPJS.

Selain itu, skala ekonomi juga memberikan keuntungan. Rumah sakit yang melayani banyak pasien BPJS bisa memanfaatkan volume pasien yang tinggi untuk menekan biaya per pasien. Dengan jumlah pasien yang besar, pembelian obat dan alat medis bisa dilakukan dalam jumlah banyak, yang biasanya lebih murah. Bahkan, beberapa rumah sakit besar berhasil mendapatkan diskon dari pemasok atau mengembangkan jaringan distribusi sendiri untuk memangkas biaya logistik.

Salah satu contoh nyata adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan nasional, RSCM memiliki volume pasien BPJS yang tinggi. Dengan memanfaatkan skala ekonomi, RSCM mampu menekan biaya operasional secara signifikan, memungkinkan mereka tetap beroperasi secara efisien meski dengan tarif BPJS.

Pendekatan lain yang sering diterapkan adalah fokus pada layanan preventif dan promotif. Daripada menunggu pasien datang dengan kondisi yang lebih serius dan membutuhkan biaya tinggi, rumah sakit bisa aktif mengedukasi pasien untuk menjaga kesehatan. Misalnya, dengan mengadakan seminar kesehatan, kampanye cek kesehatan rutin, atau membuka klinik gizi untuk mencegah penyakit kronis. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga mengurangi beban biaya perawatan jangka panjang.

Sebagai contoh, Rumah Sakit Hermina berhasil menerapkan strategi ini dengan membuka klinik khusus untuk deteksi dini penyakit dan edukasi kesehatan ibu dan anak. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mengurangi beban layanan rawat inap, tetapi juga memperkuat loyalitas pasien.

Selain itu, rumah sakit juga bisa memanfaatkan diversifikasi layanan. Meskipun BPJS mungkin memberikan margin keuntungan yang lebih kecil, rumah sakit dapat menawarkan layanan premium untuk pasien non-BPJS, seperti layanan VIP, prosedur kosmetik, atau perawatan yang tidak ditanggung BPJS. Pendapatan dari segmen ini bisa digunakan untuk menyeimbangkan biaya layanan BPJS.

Rumah Sakit Mitra Keluarga, misalnya, memiliki berbagai layanan premium yang tidak tercakup dalam BPJS, termasuk perawatan estetika dan bedah khusus. Dengan strategi ini, mereka mampu menyeimbangkan pendapatan meski melayani banyak pasien BPJS.

Terakhir, kerjasama dengan pemerintah dan lembaga asuransi lain juga penting. Rumah sakit bisa mengikuti berbagai program insentif dari pemerintah, seperti insentif akreditasi atau hibah untuk peningkatan fasilitas kesehatan. Selain itu, menjalin kemitraan dengan asuransi swasta bisa membuka peluang baru untuk menambah pendapatan.

Dengan kombinasi strategi ini, rumah sakit bisa tetap untung meski tarif BPJS lebih rendah. Kuncinya adalah efisiensi, skala ekonomi, layanan preventif, diversifikasi pendapatan, dan kemitraan strategis. Di tengah tantangan, selalu ada peluang untuk berinovasi dan berkembang, memastikan rumah sakit tetap menjadi pilar penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.

Add new comment

CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
10 + 7 =
Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.