"Skandal Limbah Medis: Ketika Bekas Infus Berujung di Pasar Gelap"

Saat saya diminta melakukan audit pengelolaan limbah medis di sebuah rumah sakit besar, awalnya saya mengira ini hanya pemeriksaan rutin. Tapi yang saya temukan justru mengarah pada sebuah skandal yang bisa mengguncang reputasi rumah sakit tersebut.

Audit ini berawal dari keluhan seorang perawat yang curiga melihat kantong infus bekas di luar area limbah B3. Seharusnya, semua limbah medis—terutama yang berpotensi infeksius—dikelola sesuai prosedur ketat dan dimusnahkan oleh pihak ketiga berizin. Namun, data yang saya periksa menunjukkan kejanggalan: jumlah limbah infus yang tercatat dalam laporan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah infus yang digunakan rumah sakit.

Saya menggali lebih dalam. Beberapa staf bersikap defensif, ada yang pura-pura tidak tahu, tapi saya terus menelusuri jejaknya. Sampai akhirnya, ada satu teknisi maintenance yang tak sengaja keceplosan: "Ya biasa, bos, kan ada yang ambil buat dijual lagi."

Saya langsung mengkonfirmasi ke bagian pengelolaan limbah. Setelah penelusuran lebih lanjut, terbukti bahwa kantong infus bekas ini dijual ke tukang sampah oleh oknum di bagian maintenance. Tukang sampah itu kemudian menjualnya ke pengepul, yang kemungkinan besar mendaur ulang plastiknya atau, lebih buruk lagi, menjual kembali kantong infus bekas ke pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Temuan ini saya laporkan ke manajemen rumah sakit. Reaksinya beragam: ada yang kaget, ada yang malu, bahkan ada yang mencoba meremehkan masalah ini. Tapi saya tegaskan: ini bukan sekadar pelanggaran SOP, ini bisa jadi kasus pidana dan ancaman bagi keselamatan pasien. Jika kantong infus bekas ini disalahgunakan dan kembali ke peredaran, dampaknya bisa sangat fatal.

Manajemen akhirnya mengambil langkah tegas: investigasi internal dilakukan, oknum yang terlibat diberhentikan, dan sistem pengelolaan limbah diperketat dengan pengawasan lebih ketat serta audit berkala. Saya juga menyarankan pelatihan ulang bagi seluruh staf agar mereka memahami bahwa pengelolaan limbah medis bukan sekadar aturan, tetapi juga tanggung jawab moral dan hukum.

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa dalam dunia rumah sakit, audit bukan sekadar mengecek angka dan dokumen, tetapi juga menggali lebih dalam untuk memastikan setiap prosedur berjalan sesuai standar. Karena dalam satu celah kecil saja, bisa ada risiko besar yang mengancam nyawa banyak orang.

Add new comment

CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
9 + 5 =
Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.