Menakar Harapan: Dua Tahun Pertama Rumah Sakit X dalam Angka dan Asa

Hari pertama Rumah Sakit X dibuka untuk umum, antrean pasien sudah mulai terlihat sejak matahari belum tinggi. Suasana di lobi masih terasa baru—dinding yang bersih, kursi yang belum ternoda, dan mesin antrean yang kadang masih gagap membaca perintah. Namun satu hal yang tak terbantahkan: masyarakat datang dengan harapan.

Di balik layar operasional yang tampak rapi itu, sesungguhnya tim manajemen Rumah Sakit X sedang menghadapi dilema. Dua tahun pertama akan menjadi tahun penuh ujian, bukan hanya dalam memberikan layanan terbaik, tapi juga membuktikan bahwa perencanaan keuangan mereka cukup kokoh menopang realitas.

Direktur rumah sakit, Ibu Ratna, masih ingat jelas malam-malam panjang saat menyusun proyeksi target pelayanan. Ia dan timnya duduk di depan lembar-lembar tabel, mencoba menjahit prediksi angka dengan kenyataan lapangan. Untuk layanan rawat jalan, mereka menetapkan target yang ambisius namun realistis: 84 pasien per hari di tahun pertama, meningkat menjadi 97 pasien per hari di tahun kedua. Dengan 14 poli spesialis beroperasi setiap hari selama 300 hari setahun, ini bukan angka kecil—ini taruhan.

Namun angka hanyalah setengah dari cerita. Mereka tahu mayoritas pasien yang akan datang adalah peserta BPJS, mencapai 85% dari total kunjungan. Sistem BPJS dikenal efisien, tapi juga ketat dalam tarif: hanya Rp190.000 per kunjungan. Sisanya, 15% pasien non-BPJS, adalah peluang untuk menyeimbangkan pendapatan. Untuk mereka, tarif poli lebih fleksibel: dimulai dari Rp180.000 di tahun pertama, naik menjadi Rp198.000 di tahun kedua, termasuk penyesuaian untuk inflasi.

Meski begitu, tantangan sesungguhnya datang dari lapangan. Banyak pasien BPJS yang datang hanya untuk mendapat rujukan, bukan untuk menjalani perawatan penuh. Itu artinya, pendapatan per kunjungan bisa tidak mencerminkan biaya sebenarnya. Ibu Ratna sempat ragu—bagaimana jika asumsi pertumbuhan pasien tidak sesuai harapan? Bagaimana jika yang datang lebih banyak adalah kasus ringan, yang tidak membutuhkan tindakan tambahan?

Padahal dalam rencana, sekitar 10% pasien rawat jalan diperkirakan akan menjalani tindakan lanjutan, seperti kecilnya operasi minor atau pemeriksaan tambahan. Tarif untuk tindakan ini dipatok Rp120.000 di tahun pertama, lalu meningkat menjadi Rp140.000 di tahun kedua. Ini adalah komponen penting dalam perhitungan cash flow.

Di ruang rapat, ketika membahas semua ini, suara-suara optimisme dan keraguan silih berganti. Beberapa manajer mengusulkan menaikkan tarif untuk pasien umum lebih cepat, terutama pada poli umum, dari Rp130.000 ke Rp145.000. Tapi yang lain memperingatkan: “Kita masih pendatang baru. Jika terlalu agresif menaikkan tarif, bisa-bisa masyarakat berpaling ke klinik lama yang sudah dipercaya.”

Di tengah konflik strategi ini, satu hal yang mereka sepakati: setiap pasien, apapun kelasnya, akan tetap dikenai biaya administrasi sebesar Rp40.000. Tidak besar, tapi cukup untuk menutup biaya operasional harian di bagian front office dan sistem informasi.

Lalu, bagaimana tahun pertama berjalan?

Pasien datang, perlahan tapi pasti. Tidak semua hari mencapai target 84 kunjungan. Kadang hanya 60, kadang melonjak jadi 100. Ternyata hari libur keagamaan dan musim hujan berdampak besar pada kunjungan. Beberapa hari, sistem pendaftaran mogok karena listrik padam. Namun di tengah semua itu, grafik kunjungan terus menanjak. Evaluasi bulanan menunjukkan harapan: target tahun kedua tampaknya masih dalam jangkauan.

Kini, Rumah Sakit X tidak lagi hanya bicara soal rencana. Ia sudah hidup, bernapas, dan melayani. Di balik angka-angka target yang semula terasa abstrak, kini ada wajah-wajah pasien yang nyata. Anak-anak yang sembuh, orang tua yang kembali tersenyum, dan perawat yang pulang larut malam tapi membawa rasa bangga.

Dan bagi Ibu Ratna dan timnya, dua tahun pertama ini bukan sekadar uji keuangan—tapi ujian keyakinan. Bahwa dari angka yang tersusun rapi di Excel, bisa tumbuh sebuah sistem pelayanan yang tidak hanya berjalan, tapi menyentuh hidup banyak orang.

Add new comment

CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
7 + 1 =
Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.