"Kisah di IGD Rumah Sakit"
Di tengah hiruk pikuk kota Jambi yang tak pernah benar-benar tidur, berdirilah Rumah Sakit X—sebuah institusi yang, meski tampak biasa dari luar, menyimpan kisah perjuangan dan dedikasi luar biasa di balik pintu ruang Instalasi Gawat Darurat (UGD)-nya.
UGD Rumah Sakit X tidak pernah benar-benar tutup. Selama 360 hari dalam setahun, bahkan ketika kota merayakan hari besar atau tenggelam dalam hujan lebat yang memadamkan lampu-lampu jalan, lampu di UGD selalu menyala terang. Bagi mereka yang bekerja di sana, waktu bukanlah batas, dan hari libur hanyalah konsep yang tak selalu berlaku. Karena nyawa tak bisa menunggu.
Di tahun pertama pelayanannya, target kunjungan pasien di UGD ditetapkan sepuluh orang per hari. Bagi sebagian orang, angka itu tampak kecil. Tapi bagi para dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya, itu adalah sepuluh kemungkinan hidup yang harus diselamatkan—sepuluh kisah berbeda yang datang dengan panik, tangis, darah, dan harapan.
Tarif rata-rata sebesar Rp200.000 per tindakan bukanlah cerminan dari harga nyawa, melainkan usaha menjaga keseimbangan antara pelayanan dan ketersediaan sumber daya. Rumah Sakit X mencoba untuk tetap adil dan terjangkau, sambil memastikan setiap tindakan medis dilakukan dengan standar yang layak.
Namun, seiring waktu, beban itu bertambah. Di tahun kedua, kunjungan meningkat menjadi dua belas pasien per hari. Dua tambahan kunjungan tampak sederhana di atas kertas, namun dalam realitas ruang UGD yang penuh tekanan, dua pasien tambahan berarti dua kemungkinan lagi untuk kelelahan, dua kesempatan lagi untuk salah langkah, dan dua tanggung jawab lagi yang tak boleh gagal.
Suatu malam di musim penghujan, seorang perawat muda bernama Rani mengalami titik terendahnya. Sudah lebih dari sepuluh jam ia berjaga tanpa henti. Seorang anak kecil masuk dengan demam tinggi, seorang bapak tua terkena serangan jantung di waktu bersamaan, dan seorang korban kecelakaan motor dibawa masuk sambil berteriak kesakitan. Semua terjadi dalam hitungan menit. Rani menoleh ke jam dinding dan menyadari, hari itu sudah melampaui batas target harian lagi.
Namun di balik lelah dan tekanan itu, ada satu hal yang membuatnya bertahan: tatapan penuh harap dari keluarga pasien, pelukan hangat dari anak kecil yang sembuh, dan ucapan lirih “terima kasih, suster” dari bibir yang sempat membiru.
Konflik dalam UGD bukan hanya tentang jumlah pasien dan target layanan, tetapi juga tentang manusia yang ada di balik jas putih—mereka yang harus berdamai dengan waktu, tekanan, dan emosi setiap hari. Rumah Sakit X di Jambi bukan sekadar tempat untuk berobat. Ia adalah medan tempur diam-diam, tempat nyawa dipertaruhkan dan hati diuji. Dan di sanalah kisah para pejuang medis terus ditulis, hari demi hari, tanpa libur.
PT. Ligar Mandiri Indonesia
Perum Pondok Pakulonan
Blok H6 No. 7 Alam Sutera Tangerang Selatan
HP.
0857 1600 0879
Email : Bpcreator02@gmail.com
© 2025 - Ligar Mandiri Consulting - Menuju Rumah Sakit Kelas Dunia
Add new comment