Kesalahan Umum Rumah Sakit Saat Persiapan Akreditasi – dan Cara Mencegahnya

Banyak rumah sakit yang mulai sibuk mempersiapkan akreditasi ketika waktu survei sudah dekat. Tim akreditasi dibentuk mendadak, dokumen dipoles, ruangan dirapikan, dan pelatihan instan digelar. Namun sayangnya, pendekatan ini sering kali hanya bersifat permukaan—tidak menyentuh akar dari sistem mutu yang seharusnya dibangun secara berkelanjutan.

Salah satu kesalahan paling umum adalah menganggap akreditasi sebagai proyek sementara, bukan proses berkelanjutan. Padahal, prinsip dasar akreditasi adalah perbaikan terus-menerus. Rumah sakit yang hanya bergerak saat “deadline” mendekat, cenderung gagal membangun sistem yang benar-benar kokoh dan berorientasi pada keselamatan pasien.

Kesalahan berikutnya sering muncul dalam bentuk dokumentasi yang tidak sejalan dengan praktik lapangan. SOP terlihat rapi di atas kertas, tetapi saat observasi di lapangan, kenyataannya jauh berbeda. Ini terjadi karena dokumen disusun secara terpusat, tanpa melibatkan tim pelaksana. Akibatnya, apa yang tertulis tidak mudah dipahami atau dijalankan oleh staf di unit kerja.

Selain itu, persiapan akreditasi sering dibebankan hanya pada satu tim kecil—biasanya Komite Mutu—yang kemudian kewalahan karena harus mengejar semua standar sendirian. Padahal, akreditasi adalah tanggung jawab seluruh elemen rumah sakit. Tim lintas-unit yang solid akan jauh lebih efektif, karena tiap bagian tahu apa yang harus dilakukan dan merasa memiliki kontribusi terhadap keberhasilan bersama.

Masalah lain adalah kurangnya fokus. Semua standar dikejar bersamaan, tanpa prioritas. Tim menjadi lelah dan hasilnya tidak maksimal. Pendekatan yang lebih bijak adalah memulai dari area-area berisiko tinggi dan berdampak besar—seperti identifikasi pasien, komunikasi antar profesional, hingga pengendalian infeksi.

Dan yang tak kalah penting, edukasi internal. Pelatihan dadakan menjelang survei tidak cukup. Edukasi tentang mutu dan akreditasi perlu dilakukan secara berkala, dengan metode yang kreatif dan mudah dipahami. Pelatihan ringan tapi rutin jauh lebih efektif dibanding satu kali seminar panjang yang mudah dilupakan.

Pada akhirnya, akreditasi bukan sekadar lulus survei. Ia adalah cerminan budaya kerja kita: apakah kita benar-benar menempatkan mutu dan keselamatan pasien sebagai prioritas harian?

Rumah sakit yang berhasil dalam akreditasi bukanlah yang paling banyak dokumennya, tapi yang paling konsisten menjalankan prinsip mutu dalam praktik sehari-hari.

Add new comment

CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
12 + 8 =
Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.