Asesmen Awal Akreditasi Rumah Sakit

Sebagai konsultan akreditasi rumah sakit, saya sering menghadapi tantangan yang bukan hanya teknis, tetapi juga perubahan budaya kerja. Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika saya membantu sebuah rumah sakit tipe C yang akan menjalani survei akreditasi dalam tiga bulan ke depan.

Proses dimulai dengan self-assessment akreditasi, di mana kami mengevaluasi kesesuaian standar yang sudah diterapkan. Dari hasil asesmen awal, saya menemukan beberapa masalah krusial. Di IGD, sistem triase belum berjalan optimal, menyebabkan pasien gawat darurat harus menunggu lebih lama. Di unit rekam medis, pencatatan masih manual, dengan dokumen yang tersebar dan sulit ditelusuri.

Namun, tantangan terbesar bukan hanya soal sistem, tetapi juga resistensi internal. Beberapa tenaga medis merasa bahwa akreditasi hanya menambah beban administratif. Kepala perawat menyampaikan kekhawatiran bahwa stafnya sudah terlalu sibuk dengan pasien, dan tambahan prosedur dokumentasi hanya akan semakin membebani mereka.

Saya tahu bahwa perubahan tidak bisa dipaksakan. Maka, saya mulai mengadakan diskusi kecil dengan tim medis, menunjukkan bagaimana standar akreditasi bisa meningkatkan keselamatan pasien. Saya membagikan data dari rumah sakit lain yang berhasil mengurangi angka infeksi dan kesalahan medis setelah menerapkan standar dengan baik. Lambat laun, kesadaran mulai tumbuh—mereka mulai melihat akreditasi bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kesempatan untuk meningkatkan mutu layanan.

Dua minggu sebelum survei, tekanan semakin tinggi. Beberapa SOP masih belum sepenuhnya dijalankan. Saya dan tim manajemen bekerja keras, memberikan simulasi wawancara, memastikan dokumen lengkap, dan yang terpenting, membangun kepercayaan bahwa mereka mampu melewati ini.

Hari yang ditunggu tiba. Para surveyor mulai melakukan peninjauan dan wawancara. Ada momen-momen menegangkan, tetapi tim rumah sakit lebih siap dari sebelumnya. Setelah tiga hari yang penuh evaluasi, akhirnya hasil diumumkan: rumah sakit berhasil meraih akreditasi Paripurna.

Namun, bagi saya, yang paling berharga bukan hanya sertifikasi, tetapi perubahan mindset yang terjadi. Dari yang awalnya skeptis, kini tenaga medis lebih memahami pentingnya standar mutu. Saya meninggalkan rumah sakit itu dengan satu keyakinan: akreditasi bukan sekadar memenuhi standar, tetapi tentang menyelamatkan lebih banyak nyawa dengan pelayanan yang lebih baik.

#AsesmenAkreditasi #AkreditasiRumahSakit #HealthcareQuality #KeselamatanPasien

Add new comment

CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.
8 + 1 =
Solve this simple math problem and enter the result. E.g. for 1+3, enter 4.